Rabu, 30 Maret 2011

Malin Kundang

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga
nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra.
Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan
seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin
Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga
yang memprihatinkan, sang ayah memutuskan
untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan mengarungi lautan yang luas. Maka
tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka.
Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan
bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah
Malin tidak juga kembali ke kampung
halamannya. Sehingga ibunya harus
menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari
nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit
nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika
Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung
batu dan lengan kanannya luka terkena batu.
Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya
dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang
merasa kasihan dengan ibunya yang banting
tulang mencari nafkah untuk membesarkan
dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya
ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah
menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik
dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang
yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi
seorang yang kaya raya. Malin kundang
mengutarakan maksudnya kepada ibunya.
Ibunya semula kurang setuju dengan maksud
Malin Kundang, tetapi karena Malin terus
mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya
menyetujuinya walau dengan berat hati.
Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera
menuju ke dermaga dengan diantar oleh
ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan
menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau
lupa dengan ibumu dan kampung halamannu
ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil
berlinang air mata. Kapal yang dinaiki Malin
semakin lama semakin jauh dengan diiringi
lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama
berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar
tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal
yang sudah berpengalaman. Di tengah
perjalanan, tibatiba kapal yang dinaiki Malin
Kundang di serang oleh bajak laut. Semua
barang dagangan para pedagang yang berada di
kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan
sebagian besar awak kapal dan orang yang
berada di kapal tersebut dibunuh oleh para
bajak laut.
Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak
dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika
peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi
di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut,
hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa
tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan
menuju ke desa yang terdekat dari pantai.
Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang
ditolong oleh masyarakat di desa tersebut
setelah sebelumnya menceritakan kejadian
yang menimpanya. Desa tempat Malin
terdampar adalah desa yang sangat subur.
Dengan keuletan dan kegigihannya dalam
bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi
seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak
kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya
lebih dari 100 orang.
Setelah
menjadi
kaya
raya,
Malin
Kundang
mempersunting
seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita
Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya
dan telah menikah sampai juga kepada ibu
Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa
bersyukur dan sangat gembira anaknya telah
berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang
setiap hari pergi ke dermaga, menantikan
anaknya yang mungkin pulang ke kampung
halamannya. Setelah beberapa lama menikah,
Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan
kapal yang besar dan indah disertai anak buah
kapal serta pengawalnya yang banyak.
Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui
anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu,
masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang
yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia
yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah
anaknya Malin Kundang beserta istrinya. Malin
Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh
ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat
belas luka dilengan kanan orang tersebut,
semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati
adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku,
mengapa kau pergi begitu lama tanpa
mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk
Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi
kemudian? Malin Kundang segera melepaskan
pelukan ibunya dan mendorongnya hingga
terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan
saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin
Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura
tidak mengenali ibunya, karena malu dengan
ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju
compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya
istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang
pengemis yang pura-pura mengaku sebagai
ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin
kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan
semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang
sangat marah. Ia tidak menduga anaknya
menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya
yang memuncak, ibu Malin menengadahkan
tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi
sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian
angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat
datang menghancurkan kapal Malin Kundang.
Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan
menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya
berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar